TUGAS AGROEKOLOGI
Cari dan temukan 5 merek dagang ragam pestisida beserta gambar dan LD
1. Antracol 70WP
Grup | : | Fungisida |
Bahan Aktif | : | Propineb 70% |
Ukuran Kemasan | : | 250g, 500g, 1kg |
LD ± 5000 mg/kg (oral)
LD ± 5000 mg/kg (dermal)
Antracol adalah fungisida yang memiliki kerja cepat dan telah diproduksi serta dipasarkan di Indonesia selama lebih dari 30 tahun. Antracol sangat cocok untuk mengontrol Phytophthoradan Alternaria untuk sayur-sayuran. Antracol adalah kegiatan residu yang sangat baik. Hasil yang baik telah dicapai oleh Antracol diantaranya adalah untuk mengatasi penyakit leaf spot pada sayuran. Antracol dapat ditoleransi dengan baik oleh tanaman dalam konsentrasi tertentu. Tidak ada bahaya terbentuknya resistensi (multi-site) / dapat berguna dalam program anti-resistance untuk jenis patogen yang berbeda (downy mildew, Alternaria, scab dan lain sebagainya). Merupakan sumber zinc yang sangat baik bila terjadi kekurangan zinc pada banyak tanaman seperti kentang, tomat dan anggur. Punya kompatibilitas phytoyang sangat baik untuk beragam tanaman, termasuk dalam tahap awal pertumbuhan tanaman
Kelebihan Produk
ü Bekerja efektif di segala musim (musim kering dan hujan)
ü Cocok untuk diaplikasikan di dataran rendah atau tinggi
ü Dapat diandalkan, telah menjadi pemimpin pasar selama 30 tahun
ü Merupakan sumber elemen penting (zinc)
ü Dapat ditoleransi oleh beragam tanaman, juga untuk tanaman yang usianya masih muda (dalam tahap awal pertumbuhan).
2. RATOX 0,25P
Bahan aktif : Bromadiolone 0, 25 P
LD50 ± 360 mg/ kg ( oral)
LD50 ± 2000 mg/ kg ( dermal)
Dosis : 2kg umpan / Ha
RATOX 0, 25P
Ratox adalah rodentisida ( racun tikus / umpan tikus ) antikoagulan , berbentuk tepung warna biru muda sangat efektif dan efisien untuk mengendalikan tikus rumah ataupun tikus sawah. Dapat mengakibatkan pendarahan pada tikus, sebagai akibat pecahnya pembuluh darah. Sehingga akan terjadi penurunan kemampuan dan mobilitas untuk memanjat, lari serta daya penciuman. Kelebihan dari bahan aktif Bromadiolone adalah cukup sekali tikus memakan umpan, akan lengsung beraksi proses pecahnya pembuluh darah pada tikus, jadi tidak perlu mengumpan berulang ulang, sehingga lebih efisien dan efektif. Keberhasilan pengendalian ditentukan oleh kerjasama antara client dengan PCO, khususnya dalam hal pengawasan sanitasi lingkungan, diantaranya dengan mengantisipasi adanya lubang, tempat persembunyian dan menutup jalan masuk / keluarnya tikus.
Takaran :
Campurkan 3-4 kg bahan umpan ( beras, jagung, kedelai, atau bahan yang biasa dimakan oleh tikus) dengan 20 ml ( 3 sendok) minyak.goreng. Aduk rata lalu campur dengan 100 gram Ratox hingga warna biru mudanya merata. Isikan 100 gr umpan tersebut pada tempat dan letakan dengan jarak 50 m antar umpan, ke tempat yang biasa dilalui tikus. Pemasangan umpan dapat dihentikan apabila sudah habis termakan. Bila perlu ganti jika umpan rusak. Lindungi umpan dari air / hujan dan gunakan sarung tangan plastik agar tikus tidak jera terhadap umpan.
3. RESIGEN 1,5/10 OS
Bahan aktif : Permetrin 97,5 g/L
S-bioaletrin 15 g/L
Piperonil Butoksida 112,5 g/l
LD50 > 9.280 mg/kg (oral)
Pada Tikus
Resigen 1,5/10 OS bersifat racun kontak dan perut, berbentuk larutan dalam minyak berwarna kekuningan (di campur dengan minyak tanah atau solar). Kedua bahan aktif mampu bersinergi, sehingga mempercepat daya pukul (knock down) dan daya bunuh (killing agent) sekaligus. Dapat di aplikasi in door and out door dengan cara TF atau ULV pada waktu serangga beraktifitas (pagi ; lalat, sore ; nyamuk). Serangga sasaran : nyamuk, lalat dan lipas.
ULV :
Larutkan 50 ml resigen dengan 450 ml minyak/solar (1+9) untuk mendapatkan 500 ml larutan siap semprot. Dosis aplikasi adalah 500 ml per-ha.
Thermal Fogging :
Larutkan 100 ml resigen dg 9900 ml minyak/solar (1+99) untuk mendapatkan larutan siap semprot. Dosis aplikasi 10 L larutan per-ha.
4. RACUMIN TP
Bahan aktif : Coumatetralyl 0,75 %
LD50 ± 16,5 mg/kg (oral)
LD50 ± 23-30 mg/kg (dermal)
Pada tikus
Racumin adalah rodentisida antikoagulan, berbentuk tepung warna biru untuk mengendalikan tikus. Dapat mengakibatkan pendarahan (blooding)pada tikus, sebagai akibat pecahnya pembuluh darah. Sehingga akan terjadi penurunan kemampuan dan mobilitas untuk memanjat, lari serta daya penciuman. Pemasangan umpan dilakukan bila ditemukan tanda-tanda keberadaan tikus berupa ; jejak, jalan, kotoran atau liang. Yang berdasarkan sensus populasi, yaitu bila > 20 % umpan sensus termakan. Pasang umpan pada 5 titik / hektar. Keberhasilan pengendalian ditentukan oleh kerjasama antara client dengan PCO, khususnya dalam hal pengawasan sanitasi lingkungan, diantaranya dengan mengantisipasi adanya lubang, tempat persembunyian dan menutup jalan masuk / keluarnya tikus.
Takaran
Campurkan 2 kg (10 gelas) bahan. umpan (beras, jagung, kedelai) dengan 20 ml (3 sendok) minyak.goreng. Aduk rata lalu campur dengan 100 gr Racumin hingga warna birunya merata. Isikan 100 gr umpan tsb pada tempat & letakan dgn jarak 50 m antar umpan, ke tempat yang biasa dilalui tikus. Pemasangan umpan harus terus menerus sampai tidak termakan. Bila perlu ganti/tambah jika umpan rusak/habis. Lindungi umpan dari air / hujan.
5. K-OTHRINE 20 EW
Bahan aktif : Deltamethrin 21,9 g/L
Dengan pelarut air , FFAST (Film Forming Aqueos Spray Technology)
Toksisitas :
Toksisitas Akut : LD50 oral (tikus) > 2.000 mg/kg
LD50 dermal (tikus) > 5.000 mg/kg
Potensi Iritasi : Slightly irritant pada kulit dan mata dengan pengujian
menggunakan kelinci.
Toksisitas Akuatik : LC50 (Cyprinus carpio) = 0.0539 mg/l dalam 96 jam
EC50 (Daphnia magna) = 0.00056 mg/l dalam 48 jam.
Toksisitas Akut : LD50 oral (tikus) > 2.000 mg/kg
LD50 dermal (tikus) > 5.000 mg/kg
Potensi Iritasi : Slightly irritant pada kulit dan mata dengan pengujian
menggunakan kelinci.
Toksisitas Akuatik : LC50 (Cyprinus carpio) = 0.0539 mg/l dalam 96 jam
EC50 (Daphnia magna) = 0.00056 mg/l dalam 48 jam.
K-Othrine 20 EW
Insektisida kesehatan lingkungan dengan teknologi FFAST ( Film Forming Aqueos Spray Technology) yang telah lolos evaluasi dari Badan Kesehatan Dunia ( WHOPES) dan Komisi Pestisida, Departemen Pertanian No. RI3346/ 12-2008/ T. Efektif untuk mengendalikan nyamuk aedes aegypti ( DBD ) , lalat rumah musca domestica dan serangga terbang lainnya. Kini saatnya mengganti penggunaan solar untuk mengendalikan nyamuk aedes aegypti dan lalat dengan cara pengasapan ( thermal fogging) atau pengkabutan ( ULV/ cold fogging) yang dapat menimbulkan dampak negatif kepada Operator, Masyarakat sekitar dan Lingkungan. Dengan menggunakan air sebagai pelarut fogging, memberikan banyak keuntungan, selain tersedia di mana saja, air mudah diperoleh, murah dan yang terpenting lebih aman dan ramah lingkungan.
Petunjuk Penggunaan:
-Thermal Fogging : 2 ml/ 100 ml air ( 1 liter K-Othrine dapat di gunakan untuk area seluas 5 Ha) -ULV : 1 ml/ 10 ml air ( 1 liter K-Othrine dapat di gunakan untuk area seluas 10 Ha)