Seorang lelaki terdiam di depan sebuah toko lukisan. Ia begitu larut memandangi keindahan lukisan yang terpajang paling depan di toko itu. Sang pemilik toko kemudian mendekatinya.
"Kenapa Bapak setiap hari hanya memandangi lukisan ini? Saya tahu meskipun ini lukisan mahal, sepertinya Bapak sanggup membelinya?"
"Aku sering lewat jalan ini, jadi buat apa aku membelinya. Cukup melihatnya saja aku sudah bahagia. Orang-orang kaya yang membeli lukisan mahal juga hanya dilihat saja bukan?"
Inilah dia sebuah prinsip hidup yang bijaksana. Jika kita bisa bahagia dengan cara yang sederhana, mengapa harus mempersulit diri sendiri dengan cara yang rumit?
Terkadang manusia menyangka jika ia sudah membeli sebuah barang, maka ia akan bahagia. Kenyataannya, yang didapat hanya kebahagiaan semu. Karena beberapa waktu kemudian ia menginginkan lagi barang lain untuk bisa bahagia lagi, dan seterusnya, Kapan puasnya?
Itulah akibat dari menggantungkan kebahagiaan kepada sebuah barang/benda tertentu. Tidakkah ini terlihat menyusahkan?
Sebagai seorang muslim, kebahagiaan sejati adalah saat mampu meneladani Rasulullah & hidup sederhana :
"Makanlah, minumlah, berpakaianlah DAN bersedekahlah dengan tidak berlebih-lebihan DAN tidak menyombongkan diri.”
(Hadist Riwayat Abu Daud dan Ahmad)
Saya jadi teringat cerita ketika Einstein sedang menginap pada sebuah hotel di Jepang, sekitar tahun 1922. Ketika itu si petugas hotel menolak untuk diberi uang tips, maka sebagai gantinya Einstein memberinya sebuah kertas dan menuliskan nasihat luar biasa dalam bahasa Jerman :
"Hidup yang sederhana akan memberi lebih banyak kebahagiaan, dibandingkan hidup yang mewah tapi gelisah."
Siapa sangka, selembar kertas ini masih tersimpan dengan rapi secara turun temurun, kemudian dilelang pada bulan Oktober 2017 dan terjual senilai 21 MILYAR oleh seorang penggemar Einstein!
Sahabat…
Oleh karena itu jika kita ingin lebih bahagia, cobalah HIDUP dengan SEDERHANA dan TIDAK MENYOMBONGKAN DIRI.
Bahagiakanlah Rasulullah dengan akhlak mulia kita.
✍🏻 _ANONIM_